(0362) 21746
camatsawan50@gmail.com
Kecamatan Sawan

Sejarah dan Keunikan Desa Giri Emas

Admin sawan | 21 Juni 2022 | 235 kali

SEJARAH  DESA

Pada dasarnya Pembangunan merupakan suatu Ikhtiar /usaha untuk merubah keadaan dalam waktu tertentu menuju cita-cita kehidupan yang lebih baik,seperti halnya Pembangunan yang dilaksanakan di Desa Giri Emas.

Dengan harapan mewujudkan cita-cita kehidupan masyarakat lahir batin serta dengan mewariskan masa depan yang lebih membahagiakan,maka dilaksanakan upaya-upaya Pembangunan yang berkesinambungan di Desa Giri Emas yang dilaksanakan dengan memanfaatkan segala potensi alam maupun sumber daya manusianya.

Untuk memberi gambaran secara menyeluruh tentang Potensi Desa serta pemanfaatanya dan langkah kebijaksanaan pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan serta rencana untuk masa yang akan datang,maka disusunlah Profil

Desa Giri Emas Ini secara singkat  dan sederhana.

 

KEUNIKAN DESA GIRI EMAS

Tradisi Bukakak ini dilakukan di desa adat Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali, Indonesia.                               Terdiri dari kata  Bukakak yang  memiliki arti  babi guling yang matang hanya pada bagian atas atau punggungnya  saja. Upacara ini  digelar dua tahun sekali, pada bulan April atau bulan purnama sasih kedasa menurut kalender Bali.

Nama Bukakak berasal dari kata Lembu (lambang Siwa) dan Gagak (lambang Wisnu). Bukakak diwujudkan sebagai seekor burung garuda/paksi yg terbuat dari ambu/daun enau muda serta dihiasi bunga kembang sepatu/pucuk bang. Sarana yang ditempatkan di dalam Bukakak itu adalah seekor babi (lambang Dewa Sambhu) yang diguling hanya bagian punggungnya saja sedangkan bagian bawah dibiarkan mentah, sehingga bagian babi tersebut memiliki 3 warna, yaitu merah atau bagian matang, hitam atau bagian yg masih ada bulunya (Dewa Wisnu),  dan  putih atau bagian yang  masih mentah dan bulunya telah dihilangkan (Dewa Siwa). Jadi Bukakak sendiri merupakan simbol perpaduan antara sekta Siwa, Wisnu dan Sambhu.

Digelarnya tradisi Bukakak bertujuan untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai dewi Kesuburan, atas kesuburan tanah dan segala hasil pertanian yang melimpah. Wilayah Desa Giri Emas (Dangin Yeh)  memiliki areal pertanian yang luas, tanahnya yang subur dan gembur, sehingga  sebagian besar warganya berprofesi atau bermata pencaharian sebagai petani.  Hal inilah yang  melatarbelakangi mengapa  tradisi Ngusaba Bukakak ini masih  berkembang baik sampai sekarang ini.


Dalam pembuatan Terowongan air di Bumi Manasa tersebut, beberapa pejabat kerajaan menentang kebijakan raja karena menghabiskan banyak biaya tenaga dan nyawa. Penentangan ini tidak disampaikan secara terbuka tetapi secara lisan tertutup dalam Cerita Goa Raksasa yang berpenghuni raksasa besar yang suka memakan manusia.

Menurut Prasasti Sangsit AI=Belantih AI, bahwa telah terjadi perpindahan pusat kekuasaan dari Bumi Manasa (Kecubung Kesian Bebetin) ke wilayah Sukawana yang disebut SUKAPURA.
Hal ini disebabkan Keraton Kecubung Kasian di Bumi Manasa selalu diserang secara sporadis oleh Raja Smara Wijaya (Raja Kediri) untuk menguasai Bumi Bali.

Sesungguhnya banyak terowongan terowongan air yang dibangun pada saat kekuasaan Sri Aji Anak Wungsu yang masih dapat kita lihat di Desa Giri Emas dan sekitarnya seperti terowongan air Calung di Desa Giri Emas, terowongan Air dari banjar sema ke banjar celuk Desa Sangsit,  terowongan air Subak Soralepang, terowongan dari banjar Sema ke Banjar Peken dan bahkan ada terowongan yang baru ditemukan di Pura Lebah Desa Suwug yang heboh di media sosial elektronik.
Terowongan terowongan air yang berada di Desa Giri Emas merupakan salah satu aset yang dapat dikembangkan menjadi Objek Wisata Goa (Cave Tourism Object)